Kamis, 24 Maret 2011

tugas guru dalam proses pembelajaran

Tugas guru dalam proses pembelajaran
1. Tugas Managerial
Sebagai pemimpin (managerial) yang memimpin, mengendalikan diri sendiri, anak didik, dan masyarakat terkait, yang menyangkut upaya pengarahan, pengawasan, pengorganisasian, pengkontrolan, dan partisipasi atas program yang dilakukan. Seorang guru tidak hanya sebagai pendidik dan pengajar, tetapi juga sebagai administrator pada bidang pendidikan dan pengajaran. Partisipasi guru dalam administrasi sekolah sangat penting dan menjadi keharusan. Partisipasi dimaksud hendaknya ditafsirkan sebagai kesempatan-kesempatan kepada para guru dan kepala sekolah untuk memberi contoh tentang bagaimana demokrasi dapat diterapkan untuk memecahkan berbagai masalah pendidikan. Secara berangsur-angsur tekanan diberikan kepada partisipasi guru dalam administrasi pendidikan/sekolah, yaitu penyelenggaraan dan manajemen sekolah. Seorang guru tidak hanya sebagai pendidik,melainkan juga sebagai administrator pada bidang pendidikan. Oleh karena itu seorang guru dituntut bekerja secara administrasi teratur yang segala pelaksanaan dalam kaitannya proses belajar mengajar perlu diadministrasikan secara baik. Hal itu semua dilakukan agar guru benar-benar menjadi seorang pengajar serta pembimbing yang professional yang dituntut pada era ini.
Guru dan Administrasi Pendidikan
Guru sebagai administrator seorang guru tidak hanya sebagai pendidik dan pengajar, tetapi juga sebagai administrator pada bidang pendidikan dan pengajaran. Oleh karena itu seorang guru dituntut bekerja secara administrasi teratur. Segala pelaksanaan dalam kaitannya proses belajar mengajar perlu diadministrasikan secara baik. Sebab administrasi yang dikerjakan seperti membuat rencana mengajar, mencatat hasil belajar dan sebagainya merupakan dokumen yang berharga bahwa ia telah melaksanakan tugasnya dengan baik.
Pentingnya Partisipasi Guru Dalam Administrasi Pendidikan
Partisipasi guru dalam administrasi sekolah sangat penting dan menjadi keharusan. Partisipasi dimaksud hendaknya ditafsirkan sebagai kesempatan-kesempatan kepada para guru dan kepala sekolah untuk member ikan contoh tentang bagaimana demokrasi dapat diterapkan untuk memecahkan berbagai masalah pendidikan.
Arti demokrasi dalam administrasi sekolah
Penerapan demokrasi dalam administrasi sekolah hendaknya diartikan bahwa administrasi sebagai kegiatan atau rangkaian kegiatan kepemimpinan, dengan itu tujuan-tujuan sekolah dan cara-cara untuk mencapainya dikembangkan dan dijalankan. Apabila administrasi dipandang sebagai peruses bekerja dengan orang-orang dan mengoordinasi usaha-usaha mereka ke dalam keseluruhan yang bekerja efisien dan produktif, maka jelas bahwa tanggung jawab tidak dapat lagi dipusatkan pada hanya satu orang belaka. Tanggung jawab harus disalurkan secara luas di antara semua orang yang mengambil bagian dalam program sekolah.
Beberapa kesempatan berpartisipasi
Ada bermacam-macam kesempatan yang dapat digunakan untuk mengikutsrtakan guru-guru dalam kegiatan-kegiatan sekolah seperti;
a. Mengembangkan filsafat pendidikan
Mengembangkan filsafat pendidikan berarti, bahwa dalam setiap langkah kegiatan mendidik selalu berusaha hendak menjawab apakah yang sedang kita lakukan, bagaimana kita melakukannya, apa sebab kita melakukannya, dan untuk apa kita melakukannya.
b. Memperbaiki dan menyesuaikan kurikulum
Keharusan untuk mengikut sertakan guru-guru, dalam usaha memperbaiki dan menyesuaikan kurikulum.
c. Merencanakan program supervise
d. Merencanakan kebijakan-kebijakan kepegawaian
e. Kesempatan-kesempatan berpartisipasi lainnya
Mencermati dan menelaah instrumen akreditasi 2009, maka dapat disimpulkan bahwa administrasi yang harus dibuat oleh guru dalam rangka merencanakan, melaksanakan, dan mengevalusi KBM adalah sebagai berikut:
• silabus
• program penilaian
• rpp
• lampiran rpp berupa kisi-kisi dan soal tes
• program semester
• program tahunan
• buku agenda pemberian tugas
• daftar nilai (semua komponen: ulangan, pengamatan, tugas mandiri, tugas
• terstruktur, kepribadian, akhlak)
• buku agenda pemberian tugas
• dokumen hasil supervisi
• analisis hasil ulangan
• program remedial dan pengayaan
• dokumen hasil ulangan/buku pr (diperiksa, diberi catatan, diketahui dan ditandatangani orang tua murid)
• berita acara sosialisasi sistem penilaian kpd siswa
Aktifitas proses pembelajaran merupakan inti dari proses pendidikan. Proses pembelajaran berhasil dan mutu pendidikan dapat meningkat apabila guru mampu memahami dan menghayati profesinya dan dan tentunya guru yang memiliki wawasan pengetahuan dan keterampilan sehingga membuat proses pembelajaran aktif, guru mampu menciptakan suasana pembelajaran inovatif, kreatif, dan menyenangkan. Guru dalam melaksanakan tugas profesinya dihadapkan pada berbagai pilihan, seperti cara bertindak bagaimana yang paling tepat, bahan belajar apa yang paling sesuai, metode penyajian bagaimana yang paling efektif, alat bantu apa yang paling cocok, langkah-langkah apa yang paling efisien, sumber belajar mana yang paling lengkap, sistem evaluasi apa yang paling tepat, dan sebagainya. Maka perbaikan dan evaluasi pada kemampuan seorang guru, seolah menjadi hal yang logis untuk dilakukan pertama kali dalam memecahkan persoalan dunai pendidikan. Maka, kehadiran buku “Menjelajah Pembelajaran Inovatif” karya Dr. Suyatno, M. Pd. merupakan menu mujarab setiap guru dalam mempersiapkan dirinya sebagai peserta didik yang paling dituntut. Salah satu hal yang perlu dilakukan oleh seorang guru untuk menjadi guru yang profesional adalah guru harus terus berupaya meningkatkan kualitas drinya, terutama pengimplementasian kinerja, baik dalam proses pembelajaran maupun kelengkapan administrasi guru sebagai bentuk bukti fisik bahwa dirinya benar-benar dikatakan sebagai guru profesional. Administrasi guru mutlak diperlukan sebagai persiapan mengajar didepan kelas. Dengan adanya buku administrasi guru, sang guru akan mampu mengontrol dirinya dalam setiap sikap dan perbuatan pembelajarannya serta dapat dipertanggungjawabkan didepan publik dan komunitas pebelajar.

2. Tugas Educational
Seorang pendidik atau guru perlu menguasai banyak faktor yang mempengaruhi motivasi, prestasi dan perilaku siswa mereka. Lingkungan fisik di kelas, level kenyamanan emosi yang dialami siswa dan kualitas komunikasi antar guru dan siswa merupakan faktor penting yang bisa memampukan atau menghambat pembelajaran yang optimal. Guru bertanggung jawab untuk berbagai siswa, termasuk mereka dari keluarga yang tidak mampu atau kurang beruntung, siswa yang mungkin harus bekerja setelah sekolah, atau mereka yang berasal dari kelompok minoritas etnis, agama atau bahasa atau mereka dengan berbagai kesulitan atau kecacatan belajar. Tak satupun dari situasi atau faktor ini harus menyebabkan masalah pendidikan, namun anak-anak ini mungkin beresiko mendapatkan pengalaman sekolah yang negatif dan tak bermakna jika guru tidak responsif terhadap kebutuhan dan kemampuan mereka atau mampu menggunakan pengajaran dan strategi kelas yang efektif dan disesuaikan menurut individu. Motivasi berpangkal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai daya penggerak yang ada di dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi tercapainya suatu tujuan. Bahkan motif dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern (kesiapsiagaan). Adapun menurut Mc. Donald, motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya "feeling" dan di dahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari pengertian yang dikemukakan oleh Mc. Donald ini mengandung tiga elemen/ciri pokok dalam motivasi itu, yakni motivasi itu mengawalinya terjadinya perubahan energi, ditandai dengan adanya feeling, dan dirangsang karena adanya tujuan. Namun pada intinya bahwa motivasi merupakan kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan, menjamin kelangsungan dan memberikan arah kegiatan belajar, sehingga diharapkan tujuan dapat tercapai. Dalam kegiatan belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar. Motivasi ada dua, yaitu motivasi Intrinsik dan motivasi ektrinsik.
• Motivasi Intrinsik. Jenis motivasi ini timbul dari dalam diri individu sendiri tanpa ada paksaan dorongan orang lain, tetapi atas dasar kemauan sendiri.
• Motivasi Ekstrinsik. Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu, apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga dengan keadaan demikian siswa mau melakukan sesuatu atau belajar.
Bagi siswa yang selalu memperhatikan materi pelajaran yang diberikan, bukanlah masalah bagi guru. Karena di dalam diri siswa tersebut ada motivasi, yaitu motivasi intrinsik. Siswa yang demikian biasanya dengan kesadaran sendiri memperhatikan penjelasan guru. Rasa ingin tahunya lebih banyak terhadap materi pelajaran yang diberikan. Berbagai gangguan yang ada disekitarnya, kurang dapat mempengaruhinya agar memecahkan perhatiannya. Lain halnya bagi siswa yang tidak ada motivasi di dalam dirinya, maka motivasi ekstrinsik yang merupakan dorongan dari luar dirinya mutlak diperlukan. Di sini tugas guru adalah membangkitkan motivasi peserta didik sehingga ia mau melakukan belajar. Ada beberapa strategi yang bisa digunakan oleh guru untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa, sebagai berikut:
1. Menjelaskan tujuan belajar ke peserta didik.
Pada permulaan belajar mengajar seharusnya terlebih dahulu seorang guru menjelaskan mengenai Tujuan Instruksional Khusus yang akan dicapainya kepada siwa. Makin jelas tujuan maka makin besar pula motivasi dalam belajar.
2. Hadiah
Berikan hadiah untuk siswa yang berprestasi. Hal ini akan memacu semangat mereka untuk bisa belajar lebih giat lagi. Di samping itu, siswa yang belum berprestasi akan termotivasi untuk bisa mengejar siswa yang berprestasi.
3. Saingan/kompetisi
Guru berusaha mengadakan persaingan di antara siswanya untuk meningkatkan prestasi belajarnya, berusaha memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya.
4. Pujian
Sudah sepantasnya siswa yang berprestasi untuk diberikan penghargaan atau pujian. Tentunya pujian yang bersifat membangun.
5. Hukuman
Hukuman diberikan kepada siswa yang berbuat kesalahan saat proses belajar mengajar. Hukuman ini diberikan dengan harapan agar siswa tersebut mau merubah diri dan berusaha memacu motivasi belajarnya.
6. Membangkitkan dorongan kepada anak didik untuk belajar
Strateginya adalah dengan memberikan perhatian maksimal ke peserta didik.
7. Membentuk kebiasaan belajar yang baik
8. Membantu kesulitan belajar anak didik secara individual maupun kelompok
9. Menggunakan metode yang bervariasi, dan
10. Menggunakan media yang baik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran
Seorang guru sekolah menengah di Los Angeles menerapkan cara yang unik untuk merangsang siswa-siswinya untuk berpikir secara kritis. Dari waktu ke waktu, ia menulis pesan-pesan singkat di papan tulis yang sama sekali tidak ada kaitannya dengan pelajaran-pelajaran yang sedang diajarkannya. Pada suatu pagi para siswa melihat angka 25.550 di papan tulis. Seorang siswa mengangkat tangan dan bertanya mengapa gurunya menuliskan angka tersebut. Lalu sang guru menjelaskan bahwa 25.550 merupakan jumlah hari dalam kehidupan seseorang yang hidup hingga 70 tahun. Guru itu berusaha menerangkan tentang singkatnya kehidupan dan betapa bernilainya hari-hari yang telah kita lalui. Melalui artikel yang diberikan oleh si guru ini ia berusaha berperan sebagai seorang motivator bagi para muridnya dalam hal menghargai waktu.
Selain hal di atas yang juga seringkali terdengar adalah keluhan atau percakapan para ibu yang memiliki putra/putri saat itu mungkin sedang duduk di SD, yang lebih mendengarkan petunjuk gurunya daripada petunjuk orang tua mereka pada saat sedang belajar ataupun pada saat mengerjakan pekerjaan rumah mereka, walaupun mungkin orang tua mereka memiliki kemampuan lebih daripada sang guru itu sendiri. Melalui cerita di atas dapat kita lihat betapa besarnya pengaruh seorang guru dalam memberikan motivasi kepada murid-muridnya.
Keberadaan seorang anak dalam suatu sekolah menuntutnya untuk memiliki suatu motivasi untuk tetap bertahan sebagai seorang siswa-siswi. Motivasi ini tidaklah akan dapat dimiliki seorang anak dengan sendirinya. Membutuhkan banyak aspek untuk
membuat seorang anak memiliki motivasi untuk bersekolah ataupun belajar khususnya dalam proses belajar yang terjadi di sekolah.


GURU SEBAGAI MOTIVATOR
Keberadaan seorang guru dalam suatu sekolah tidaklah dapat disangkali lagi, karena tanpa guru sekolah tidak akan dapat berjalan. Namun peran guru tidaklah hanya berhenti sebagai pengajar yang melakukan transfer ilmu saja, karena tanpa adanya peran sebagai motivator maka sia-sialah peran guru sebagai sosok yang melakukan transfer ilmu. Seorang motivator adalah seseorang yang mampu membangkitkan motif atau keinginan seseorang untuk melakukan suatu tindakan tertentu. Berdasarkan kedudukannya sebagai seorang guru tentu memiliki sasaran yang pasti yaitu murid-murid yang dihadapinya sehari-hari. Bangkitnya motivasi mereka untuk meraih suatu prestasi merupakan bagian dari keberhasilannya sebagai seorang motivator dan merupakan suatu kebanggaan melihat murid yang dibimbingnya memiliki suatu prestasi yang optimal. Tampilnya seorang guru sebagai motivator bagi siswa-siswi yang dihadapinya sehari-hari bukanlah hal yang mudah. Untuk menjadi seorang motivator bagi siswa-siswinya, seorang guru juga harus dapat memberi motivasi bagi dirinya sendiri yang otomatis menjadi motivator bagi dirinya sendiri. Sudahkah Anda menjadi motivator bagi diri Anda sendiri? Tanpa hal ini rasanya akan sulit bagi seorang guru untuk menjadi motivator bagi siswa-siswinya. Saat ini yang sering menjadi pertanyaan adalah bagaimana cara yang terbaik yang harus dilakukan oleh seorang guru agar ia dapat melaksanakan fungsinya sebagai seorang motivator . Berbagai teori telah dikemukakan namun seringkali gagal. Siswa tetap tidak memiliki motivasi belajar yang tinggi, yang nampak melalui nilai-nilai akademik, banyaknya siswa-siswi yang membolos sekolah hingga menimbulkan banyak masalah. Contohnya: tawuran di antara siswa. Hal ini membuat para guru menjadi serba salah dalam bertindak, karena merasa telah melaksanakan berbagai cara ataupun teori namun hasil yang dicapai tidak kunjung terlihat. Sehingga seringkali timbul kesan bahwa guru-guru di Indonesia adalah guru yang memiliki kemampuan minim. Padahal bila dibuktikan akan terlihat bahwa banyak guru di Indonesia adalah guru-guru yang memiliki kompeten tinggi dalam dunia pendidikan. Namun tidak pula dapat kita sangkali bahwa banyak guru di Indonesia yang hanya melakukan transfer ilmu tanpa mau sedikitpun menjadi motivator bagi muridmuridnya, bahkan tampak adanya kesan bangga bila muridnya mendapat nilai buruk dalam mata pelajaran yang diajarnya, hal ini dianggapnya menunjukkan bahwa semua murid itu bodoh dan hanya gurulah yang pandai.
EMPAT LANGKAH SEORANG MOTIVATOR EFEKTIF
Sebenarnya menjadi seorang motivator bagi siswa-siswi di sekolah bukanlah hal yang sulit. Namun hal ini juga bukan berarti hal yang mudah untuk dilakukan.
Oleh karena itulah penulis mencoba merangkum beberapa pemikiran ke dalam .Empat Langkah.. ini
1. Lakukanlah yang terbaik!
Apapun yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia (Kolose 3 : 23). Kuncinya adalah belajarlah mencintai apa yang anda lakukan maka Anda akan merasakan hasilnya.
2. Jadilah teladan bagi lingkungan
Teladan yang baik merupakan bukti bahwa seseorang mampu menjadi motivator bagi dirinya. Karena itu merupakan syarat utama sebagai seorang motivator. Contohnya: seorang guru perokok tidak mungkin menjadi seorang motivator bagi siswa-siswinya
agar tidak merokok
3. Jadikanlah siswa-siswi sebagai subyek
Dengan menjadikan seorang siswa-siswi sebagai subjek pendidikan, maka kita memberikan kesempatan pada mereka untuk menjadi manusia yang kritis dalam berpikir serta menyampaikan pendapatnya secara demokratis tanpa meninggalkan norma-norma yang ada. Menjadikan siswa sebagai subyek dapat kita lakukan dengan cara menjadi pelindung, orang tua atau bahkan seorang sahabat yang memiliki rasa empati bagi mereka (khususnya untuk anak-anak remaja) di saat mereka membutuhkan tempat untuk mencurahkan isi hati mereka

4. Memiliki wawasan yang luas
Seorang motivator tidak akan menjadi motivator yang baik bila tidak memiliki wawasan yang luas mengenai berbagai bidang.
DAMPAK
Dampak yang timbul bila guru menjalankan perannya sebagai motivator antara lain adalah:
a. Timbulnya keinginan pada siswa untuk lebih menekuni materi yang dihadapinya. Hal ini akan sangat berpengaruh dengan prestasi akademik siswa.
b. Adanya keinginan yang kuat dalam diri siswa untuk pergi ke sekolah, contohnya: siswa tidak perlu lagi dipaksa untuk pergi ke sekolah. Mereka menikmati acara belajar mereka yang berlangsung di sekolah sehingga tidak ada lagi dalam pikiran mereka untuk membolos.
c. Rasa memiliki sekolah; akan timbul bila siswa merasa bahwa sekolahnya adalah suatu tempat yang menyenangkan. Hal ini juga mempengaruhi nama baik sekolah.
Daoed Yoesoef (1980) menyatakan bahwa seorang guru mempunyai tiga tugas pokok yaitu tugas profesional, tugas manusiawi, dan tugas kemasyarakatan (sivic mission). Jika dikaitkan pembahasan tentang kebudayaan, maka tugas pertama berkaitan dengar logika dan estetika, tugas kedua dan ketiga berkaitan dengan etika. Tugas-tugas profesional dari seorang guru yaitu meneruskan atau transmisi ilmu pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai lain yang sejenis yang belum diketahui anak dan seharusnya diketahui oleh anak. Tugas manusiawi adalah tugas-tugas membantu anak didik agar dapat memenuhi tugas-tugas utama dan manusia kelak dengan sebaik-baiknya. Tugas-tugas manusiawi itu adalah transformasi diri, identifikasi diri sendiri dan pengertian tentang diri sendiri. Usaha membantu kearah ini seharusnya diberikan dalam rangka pengertian bahwa manusia hidup dalam satu unit organik dalam keseluruhan integralitasnya seperti yang telah digambarkan di atas. Hal ini berarti bahwa tugas pertama dan kedua harus dilaksanakan secara menyeluruh dan terpadu. Guru seharusnya dengan melalui pendidikan mampu membantu anak didik untuk mengembangkan daya berpikir atau penalaran sedemikian rupa sehingga mampu untuk turut serta secara kreatif dalam proses transformasi kebudayaan ke arah keadaban demi perbaikan hidupnya sendiri dan kehidupan seluruh masyarakat di mana dia hidup. Tugas kemasyarakatan merupakan konsekuensi guru sebagai warga negara yang baik, turut mengemban dan melaksanakan apa-apa yang telah digariskan oleh bangsa dan negara lewat UUD 1945 dan GBHN. Ketiga tugas guru itu harus dilaksanakan secara bersama-sama dalam kesatuan organis harmonis dan dinamis. Seorang guru tidak hanya mengajar di dalam kelas saja tetapi seorang guru harus mampu menjadi katalisator, motivator dan dinamisator pembangunan tempat di mana ia bertempat tinggal. Ketiga tugas ini jika dipandang dari segi anak didik maka guru harus memberikan nilai-nilai yang berisi pengetahuan masa lalu, masa sekarang dan masa yang akan datang, pilihan nilai hidup dan praktek-praktek komunikasi. Pengetahuan yang kita berikan kepada anak didik harus mampu membuat anak didik itu pada akhimya mampu memilih nilai-nilai hidup yang semakin komplek dan harus mampu membuat anak didik berkomunikasi dengan sesamanya di dalam masyarakat, oleh karena anak didik ini tidak akan hidup mengasingkan diri. Kita mengetahui cara manusia berkomunikasi dengan orang lain tidak hanya melalui bahasa tetapi dapat juga melalui gerak, berupa tari-tarian, melalui suara (lagu, nyanyian), dapat melalui warna dan garis-garis (lukisan-lukisan), melalui bentuk berupa ukiran, atau melalui simbul-simbul dan tanda-tanda yang biasanya disebut rumus-rumus. Jadi nilai-nilai yang diteruskan oleh guru atau tenaga kependidikan dalam rangka melaksanakan tugasnya, tugas profesional, tugas manusiawi, dan tugas kemasyarakatan, apabila diutarakan sekaligus merupakan pengetahuan, pilihan hidup dan praktek komunikasi. Jadi walaupun pengutaraannya berbeda namanya, oleh karena dipandang dari sudut guru dan dan sudut siswa, namun yang diberikan itu adalah nilai yang sama, maka pendidikan tenaga kependidikan pada umumnya dan guru pada khususnya sebagai pembinaan prajabatan, bertitik berat sekaligus dan sama beratnya pada tiga hal, yaitu melatih mahasiswa, calon guru atau calon tenaga kependidikan untuk mampu menjadi guru atau tenaga kependidikan yang baik, khususnya dalam hal ini untuk mampu bagi Upaya guru menumbuhkan disiplin
• Membantu siswa mengembangkan pola perilaku mereka dalam setiap melakukan aktifitas.
• Membantu siswa meningkatkan standar perilakunya.
• Menggunakan pelakasaan aturan sebagai alat-alat, baik aturan-aturan khusus maupun umum dalam pembelajarannya.
• Pentingnya disiplin dalam pendidikan dalam pembelajaran
• rasa hormat terhadap prioritas : menghormati dan mengikuti aturan yang dibuat akan menjadikan contohnya yang baik bagi anak didik.
• Upaya untuk menanamkan kerja sama : yaitu saling berinteraksi antara satu sama lainnya dan saling menghormati satu sama lainya, akan menumbuhkan rasa kerja sama untuk kemajuan bersama.
• Kebutuhan untuk berorganisasi : rasa sadar kita mengetahui kita hidup bersama dan membutuhkan orang lain. Maka semua itu akan menumbuhakan rasa keorganisasian yang dibuat untuk bersama.
• Rasa hormat antara orang lainnya.
• Keinginan untuk tidak melakukan yang kurang menyenangkan
• Memperkenalkan contoh perilaku tidak disiplin, agar mereka dapat membandingakan antara perilaku disiplin akan mendapatkan keuntungan yang baik untuk mereka, sedangkan perilaku negative akan mendapatkan dapat yang buruk bagi yang melakukannya.
• Strategi umum merancang disiplin yang menumbuhkan konsep diri siswa, seorang siswa menyadari dirinya sebagai pelajar dan melakukan tugasnya sebagai pelajar dengan baik agar membangkan dirinya dan orang disekitarnya.
• Keterampilan komunikasi, menjadikan komunikasi alat untuk mengetahui sebab mereka melakukan pelanggaran. Lalu bicaralah dari hati ke hati kepada anak didik yang bermasalahan, pendekatan pun perlu dilakukan agar anak didik merasa nyaman untuk mengungkapkanya.
• Konsekuensi-konsekuensi yang logis, dimana seorang pendidik memberikan hukuman yang logis dan dapat diterima anak didik dengan baik, dan memberikan efek jera bagi mereka.
• Klarifikasi nilai, perlu komunikasi tentang perkembangan nilai selama ini mereka belajar. agar mereka dapat menintropeksi diri mereka.
• Analisis transksional caranya perjanjian lalu menganalisis masalah, yang dialami agar mendapatkan hukuman yang sesuai dnegan problem dari masalah yang mereka hadapi.
• Disiplin yang terintegrasi, disiplin yang
• Modifikasi perilaku, memperbaiki kembali perilaku yang telah terjadi menjadi yang lebih baik lagi.
• Tantangan bagi disiplin, anak didik mendapatka tantangan yang mendidik. Apabila mereka dapat menyelesaikan tantangan tersebut mereka mendapatkan penghargaan ataupun suatu bentuk simpatik dari guru agar dapat di tiru oleh teman-teman yang lainnya.ng bersangkutan untuk melaksanakan tugas professional.
3. Tugas Intruksional
Mengajar adalah aktivitas/kegiatan yang dilakukan guru dalam kelas atau lingkungan sekolah. Dalam proses mengajar, pastilah ada tujuan yang hendak dicapai oleh guru yaitu agar siswa memahami, mengerti, dan dapat mengaplikasikan ilmu yang mereka dapatkan. Tujuan mengajar juga diartikan sebagai cara untuk mengadakan perubahan yang dikehendaki dalam tingkah laku seorang siswa (Muchtar & Samsu, 2001:39).
Dalam hal ini tentu saja guru berharap siswa mau belajar, baik dalam jam pelajaran tersebut atau sesudah materi dari guru ia terima. Menurut Sagala (2003:12), belajar adalah kegiatan individu memperoleh pengetahuan, perilaku, dan keterampilan dengan cara mengolah bahan belajar. Proses belajar mengajar akan berlangsung dengan baik jika guru dan siswa sama-sama mengerti bahan apa yang akan dipelajari sehingga terjadi suatu interaksi yang aktif dalam PBM di kelas dan hal ini menjadi kunci kesuksesan dalam mengajar. Dengan demikian proses pembelajaran terjadi dalam diri siswa. Pembelajaran merupakan suatu proses di mana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan siswa turut merespon situasi tertentu yang ia hadapi (Corey, 1986:195)
Siswa sebagai subjek belajar, mempunyai pandangan/harapan dalam dirinya untuk seorang guru yang mereka anggap sukses mengajar di kelas. Apa sajakah pandangan para siswa tersebut? Menurut Etiwati seorang Guru SMK PENABUR yang penulis kutip dari situs SMK 4 PENABUR dia menyebutkan bahwa para siswa menilai guru yang sukses mengajar itu adalah guru yang:
• tidak membuat siswa bosan dan takut
• mempunyai selera humor
• tidak mudah marah
• mau diajak berdialog dengan siswa
• menghargai pendapat siswa dan tidak mudah menyalahkan
• menghargai keberadaan siswa
• tidak pilih kasih terhadap siswa
• menguasai & menjelaskan materi dengan baik dan dimengerti oleh siswa serta mau memaparkan kembali ketika ada siswa belum jelas/belum paham.
Ternyata beragam pendapat siswa tersebut tidak ada satupun yang menganggap kesuksesan seorang guru jika seluruh kelas tuntas saat uji ompetensi/ulangan. Jika demikian, apakah ketuntasan dalam ujian menjadi tidak perlu? Para siswa menjawab bahwa ketuntasan dalam ujian merupakan bagian tanggung jawab siswa dalam belajar karena hal tersebut berhubungan dengan keberhasilan individu. Namun, sebagai guru, kita pun tentu tidak akan melepaskan tanggung jawab atas hasil belajar siswa.
Selain siswa, penulis pun dapat sedikitnya menggambarkan pendapat para guru tentang topik tersebut. Bapak & ibu guru berpendapat bahwa mengajar dengan sukses itu:
• jika siswa dapat menerima materi/bahan ajar dan hasilnya sesuai target yang diharapkan,
• jika siswa antusias menyimak dan memberikan pertanyaan mendalam tentang materi yang mereka terima serta mengaplikasikannya,
• jika program tercapai tepat waktu, materi dapat diterima siswa, dan terjadi perubahan dalam diri siswa
• jika mampu membuat siswa mengerti apa yang diajarkan oleh guru serta ada perubahan dalam diri siswa, dan mereka me rasa nyaman dalam PBM,
• jika dapat menyampaikan materi dengan cara/metode yang baik dan menarik, siswa memahami serta merespon dengan positif, aktif, dan hasil evaluasinya baik,
• jika suasana kelas kondusif untuk belajar,
• jika ada interaksi dalam PBM secara aktif, perubahan terjadi pada semua aspek.
Dari berbagai pendapat di atas dapat penulis simpulkan bahwa mengajar dengan sukses adalah jika guru dapat memberikan materi kepada siswa dengan media dan metode yang menarik, menciptakan situasi belajar yang kondusif dalam kelas sehingga tercipta interaksi belajar aktif. Dengan begitu akan terjadi proses perubahan dalam diri siswa bukan hanya pada hasil belajar tetapi juga pada perilaku dan sikap siswa.
Jadi, mengajar dengan sukses itu tidak hanya semata-mata memberikan pengetahuan yang bersifat kognitif saja, tetapi di dalamnya harus ada perubahan berpikir, sikap, dan kemauan supaya siswa mau terus belajar. Timbulnya semangat belajar dalam diri siswa untuk mencari sumber-sumber belajar lain merupakan salah satu indikasi bahwa guru sukses mengajar siswanya. Dengan demikian kesuksesan dalam mengajar adalah seberapa dalam siswa termotivasi untuk mau terus belajar sehingga mereka akan menjadi manusia-manusia pembelajar. Caranya? Sebagai guru mari kita mau membuka diri dan melihat secara jernih apa yang menjadi harapan siswa dalam diri kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar