Jumat, 25 Maret 2011

peran ayah dan ibu di keluarga industri

1. Peran Ayah (Pria Dewasa) dalam Masyarakat Industri
Baik hubungan-hubungan ekonomi maupun nilai-nilai masyarakat kita mewajibkan pria untuk mempunyai fungsi jabatan, dalam masyarakat industrial, banyak jabatan ini berada dalam industry. Pria pada setiap tingkatan masyarakat sehari-hari memusatkan perhatian pada tempat sentral produksi, meninggalkan rumah dengan nilai-nilai dan trasisi yang berbeda. Pada setiap tingakatan masyarakat, suami adalah anggota “parttime”, keluarga yang harus mengintegrasikan pekerjaannya dengan tuntutan kehidupan keluarga.
Sifat integrasi kedua pria ini berbeda menurut tingkat jabatan. Pada masyarakat tingkat atas peran si pria dalam keluarga sedikit saja hubungannya dengan perannya di tempat kerja. Prestasi jabatannya mungkin sangat mengesankan, tetapi prestis dan wewenang yang diperoleh di tempat kerja sedikit yang terbawa ke dalam kehidupan keluarga. Sering sekali status suami istri sama atau melampaui status yang talah dicapai suami di tempat kerja. Tekanan hidup pada jabatan tinggi demikian besatnya sehingga meminimalkan jumlah waktu dan tenaga yang dapat diberikan si suami kepada keluarganya. Jadi, kehidupan keluarga menjadi nomor dua dalam kehidupan pria ini.
Di kalangan kelas menengah pekerja pegawai kantor, teknisi dan kaum profesional, posisi suami dalam keluarga sedikit berbeda. Penghasilan pria kelas menengah biasanya lebih tinggi dari pada penghasilan istri, yang jarang mempunyai sumber keuangan sendiri. Suami serta ayah kelas menengah menjadi tokoh yang sangat penting bagi keluarga . Akan tetapi, posisi serta wewenang yang penting dalam keluarga. Ia menduduki jabatan yang secara teknis sangat rumit, yang tidakkan dapat dimengerti oleh anggota keluarganya. Ia tidak dapat berfungsi sebagai model (panutan) peran bagi anak-anaknya, juga istrinya sering tidak dapat mengetahui bentuk pekerjaannya. Keluarga jarang dapat merasakan antusiasme, ketegaan dan keberhasilan jabataannya.
Jadi biasanya suami kelas menengah harus berusaha membentuk suatu peran keluaraga bagi dirinya sendiri, yang sedikit atau tidak ada hubungannya dengan peran pekerjanya. Peran ini hatus berstatus lebih rendah, karena hubungan esensial dalam keluarga berada di sekitar ibu dan anak-anaknya. Si suami memainkan peran seorang pendisipilin yang keras, atau seorang sahabat yang baik, bagi anak-anaknya sesuai dengan ideology keluarga lebih sering peran yang terakhir daripada peran yang pertama dalam keluarga kelas menengah kita. Karena menurut tradisi ia tidak dapat menguasai istrinya, juga karena ia tidak dapat mentranfer prestos jabatannya kepada istrinya, kepada kebutuhannya dan aspirasinya, rumah merupakan “kekuasaan” istri.
Keberhasilan jabatan sebagian tergantung pada gaya hidup yang dijalankan istrinya, kemampuannya mengadakan jamuan, membujuk atasan, membuat suasana rumah yang up to date (walaupun mungkin dengan sumber keuangan yang terbatas) sangat menentukan bagi karier suaminya. Keberhasilan istrinya mendidik anak-anka menurut norma-noram kelas menengah dan menanam dalam diri mereka sikap serta motif yang pantas, sangat penting bagi kemampuan keluarga itu untuk mempertahankan status kelas menengah.
Jabatan kelas pekerja tidak mempunyai baik imbalan finansial yang tinggi maupun status yang tinggi, istri bahkan juga anak-anak mempuanyai pekerjaan dan penghasilan yang tidak jauh rendah. Pada masa depresi para wanita dan anak-anak bermanfaat dalamenjamin pekerjaan. Dengan alasan-alasan ini, wibawa ayah/suami pada keluarha kelas pekerja selalu terangam. Maka timbul keluarga-keluarga matriarakal pada masyarakat kelas bawah. Ayah/suami yang otoriter labih umum di kalangan keluarga kelas pekerja dari pada keluarga yang lain.
Jabatan dan kehidupan keluarga jalin menjalin dengan berbagi cara, setiap posisi status kelas melanjutkan pola yang khusus baginya dan ikut menentukan peran yang dimainkan suami dalam keluarga.
2. Peran Ibu (Wanita yang Menikah) dalam Masyrakat Industri
Masalah bekerjanya wanita nikah dipengaruhi oleh dua factor jumlah dan usia anak-anak dalm kelurga dan struktur social ekonomi suami. Kenyataan bahwa wanita pada peran kelas menengah jauh lebih besar dari pada pria, menggambarkan bahwa wanita terpusat dalam jabatan-jabatan tertentu, namun tidak semuanya berkaitan dengan industry, misalnya perawat dan guru.
Penghasilan para pekerja wanita secara keseluruhan lebih rendah daripada penghasilan para pekerja pria.
Jelaslah bahwa bila istri bekerja maka pasti ada pengaruhnya pada peran dia memainkan dalam keluarga, bahwa ia meniggalkan rumah saja pun sudah ada pengaruh pada keluarga. Tetapi pengaruhnya khusus sebagai akibatnya ia mempunyai pekerjaan sebagaian besar tergantung pada motifnya untuk bekerja. Alasan untuk bekerja berbeda pada setiap wanita secara perseorangan dan dari kelas satu ke kelas yang lain. Dikelas atas dan mengengah atas si istri bekerja untuk menghilangkan kebosanan, untuk memenuhi keinginan berkreatif, untuk meneruskan hobi yang sebelumnya sudah digeluti, juga menambah penghasilan keluaraga, atau canouran dati motif-motif ini.
Dengan bekerja ia tentu saja mendapatkan kebebasan tertentu dari peran keluarga, ia tidak lagi terikat kepada rumah dengan segala tetek bengengnya atu kepada anak-anaknya. Akan tetapi, penghasilan yang diperoleh dari pekerjaannya biasanya begitu berarti bagi perekonomian keluaraganya, biasanya sebagian terbesar atau seluruhnya untuk keperluan rumah tangga dan pendidikan anak-anak. Juga status keluarga tidak dipengaruhi oleh jabatan/pekerjaan istri ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar